Pembacaan : Roma 3:1-31
Orang Baik?
Surat Roma adalah surat yang Rasul Paulus tuliskan kepada
jemaat di Roma, sebagai perwujudan akan kerinduan Paulus untuk mengunjungi
jemaat tersebut karena telah tersiar ke seluruh dunia kabar tentang iman
daripada jemaat di Roma sehingga Paulus mengucapkan syukur kepada Allah oleh
Kristus Yesus juga agar ditengah-tengah kehadirannya di tempat itu, dia
mendapatkan “buah” serta dapat saling menguatkan satu dengan yang lainnya (Roma
1)
Saya ingin mengawali perenungan dalam perikop ini dengan
suatu hal yang akrab dengan keseharian saudara dan saya. Kadang dalam kegiatan
yang bertajuk untuk memotivasi ataupun sesi “curhat” biasa ada yang berkata “jauh
dalam lubuk hati yang paling dalam orang ini sebenarnya baik kok”. “sejahat-jahatnya
orang pasti ada kebaikan dalam hatinya” dan kalimat lain yang sejenis.
Hal ini membuat saya pernah bertanya dalam benak saya benarkah
demikian? Apakah basic setiap manusia
itu baik adanya, sehingga apabila dia melakukan kesalahan/pelanggaran adalah
suatu bentuk ketidaksengajaan, atau wujud tindakan sadar namun merupakan perwujudan
dari teori aksi-reaksi (misalnya: mencuri karena terpaksa akibat tidak memiliki
mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan)? Dan saya termasuk orang yang membenarkan
ide tersebut diatas untuk waktu yang lama
Pada perikop pembacaan ini, sebenarnya merupakan bacaan yang
tidak terpisahkan dengan bagian-bagian pembacaan sebelumnya. Tentang bagaimana
Paulus mau mengingatkan tentang hal kefasikan kepada jemaat di Roma (Roma 1:18)
hingga hal-hal mengenai hukum Taurat (termasuk dalam perikop pembacaan kali
ini).
Ada suatu
bagian dalam pembacaan ini yang mengubah cara pandang saya sebelumnya akan
keberadaan manusia. Bahwa ide-ide yang sering dilontarkan oleh para motivator
dan konselor itu mungkin baik menurut sudut pandang manusia (humanity) namun merupakan hal yang
keliru dalam sudut pandang Alkitab dalam hal ini Firman Tuhan. Seperti yang
tertulis dalam Roma 3:9-12:
Jadi
bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama sekali
tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani,
bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa,
seperti ada
tertulis:
"Tidak
ada yang benar, seorang pun tidak.
Tidak ada
seorang pun yang berakal budi,
tidak ada seorang
pun yang mencari Allah.
Semua orang
telah menyeleweng,
mereka semua
tidak berguna,
tidak ada yang berbuat baik, seorang pun
tidak.
Dalam Kitab Yeremia 17 dalam pergumulan nabi oleh karena
bangsa yang berdosa pada ayat yang ke-9 tertulis :
Betapa liciknya hati,
lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang
dapat mengetahuinya?
Seketika pemikiran saya tentang “semua manusia memiliki
kebaikan dalam dirinya” terusik.
Lantas nilai-nilai kebaikan yang saya pakai dalam “ide” ini
asalnya darimana? Apakah hal tersebut terjadi karena kecenderungan manusia
untuk membandingkan apa yang telah dilakukannya dengan orang lain? Jangan-jangan
selama ini kita menganggap diri kita dan orang lain memiliki kebaikan
sebenarnya karena kita merasa tidak lebih jahat dari orang-orang yang kita
anggap jahat?
Pada ayat-ayat selanjutnya dalam perikop pembacaan makin
menegaskan posisi manusia di mata Allah : Karena semua orang telah berbuat dosa
dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (Roma 3:23)
Semua Manusia telah berdosa sejak awal manusia jatuh kedalam
dosa, manusia tidak lagi memiliki nilai kebenaran dalam dirinya sejak masa itu,
kejahatan menjadi kecenderungan yang dilakukan oleh manusia dalam pikiran
perkataan dan perbuatan. Kita yang menganggap diri kita selama ini adalah orang
yang memiliki kebaikan didalam hatinya belum tahu jika kita diperhadapkan
dengan situasi semisal kita adalah seorang sebut saja hitler. Bisa jadi
keputusan yang kita ambil apabila diperhadapkan dengan situasi seperti itu bisa
lebih buruk daripada seorang hitler itu sendiri. Jangan pernah meng-underestimate pengaruh dosa dalam
tindakan/pilihan yang diambil manusia.
Nilai kebaikan dan kebenaran hanya kita peroleh dari Kristus
Yesus. Oleh karena Dialah saya dan saudara dibenarkan
“dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma
karena penebusan dalam Kristus Yesus.Kristus Yesus telah ditentukan Allah
menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk
menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah
terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan
keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang
yang percaya kepada Yesus. Jika demikian, apakah
dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan?
Tidak, melainkan berdasarkan iman! Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan
karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.” (Roma 3:24-28)
Hendaklah standar kebaikan dalam diri saya dan saudara bukan
mengacu kepada seberapa baik tindakan kita dibanding orang lain, seberapa tidak
jahatnya kita dibanding dengan orang lain maupun seberapa banyak tindakan
kebaikan yang kita lakukan dalam hidup. Pada dasarnya kita telah mengetahui
bahwa keselamatan tidak datang dari perbuatan baik/kebaikan kita. Namun tidak ada
dasarnya kita (manusia) bermegah pun memuji diri sendiri karena kebaikan kecil
yang kita punya (menurut pemahaman manusia).
Pada dasarnya Manusia telah
berdosa. Kita dibenarkan hanya oleh iman kepada Yesus Kristus sang juru selamat.
Kiranya Tuhan Yesus dengan Kasih-Nya Menyertai Kita Semua.
Amin.